marquee

Selamat datangdi blog "Yang Penting Hepi", semoga anda senang ^_^

Kamis, 26 Januari 2012

Kisah Nyata


Suatu hari, aku tergesa-gesa memasuki sebuah warung makan karena kelaparan sejak pagi belum sarapan. Setelah memesan makanan, seorang anak berjualan kue menghampiriku "Om, beli kue Om, masih hangat dan enak rasanya!"

"Tidak Dik, saya mau makan nasi saja," kata ku menolaknya.

Sambil tersenyum si anak pun berlalu dan menunggu di luar restoran.

Melihatku selesai menyantap makanan, si anak menghampiri lagi dan menyodorkan kuenya. aku beranjak ke kasir hendak membayar makanan dan berkata, "Tidak Dik, saya sudah kenyang."

Sambil terus mengikutiku, si anak berkata,
"Kuenya bisa dibuat oleh-oleh pulang, Om."

Dompet yang belum sempat di masukkan ke kantong pun aku buka kembali.
Ku keluarkan dua lembar ribuan dan memberikannya kepada anak penjual kue. "Saya tidak mau kuenya, Uang ini anggap saja sedekah dari saya."

Dengan senang hati diterimanya uang itu. Lalu, dia bergegas ke luar restoran, dan memberikan uang pemberian tadi kepada pengemis yang berada di depan restoran.

Aku memperhatikan dengan seksama. aku merasa heran dan sedikit tersinggung. lalu langsung menegurnya, "Hai adik kecil, kenapa uangnya kamu berikan kepada orang lain? Kamu berjualan kan untuk mendapatkan uang. Kenapa setelah uang ada di tanganmu, malah kamu berikan ke pengemis itu?"

"Om, saya mohon maaf. Jangan marah ya. Ibu saya mengajarkan kepada saya untuk mendapatkan uang dari usaha berjualan atas jerih payah sendiri, bukan dari mengemis. Kue-kue ini dibuat oleh ibu saya sendiri dan ibu pasti kecewa, marah, dan sedih, jika saya menerima uang dari Om bukan hasil dari menjual kue. Tadi Om bilang, uang sedekah, maka uangnya saya berikan kepada pengemis itu."

Mendengarnya aku merasa takjub dan menganggukkan kepala tanda mengerti. "Baiklah, berapa banyak kue yang kamu bawa? Saya borong semua untuk oleh-oleh." Si anak pun segera menghitung dengan gembira.

Sambil menyerahkan uang aku berkata, "Terima kasih Dik, atas pelajaran hari ini. Sampaikan salam saya kepada ibumu."

Walaupun mungkin si anak tidak mengerti tentang pelajaran apa yang aku katakan, dengan gembira diterimanya uang itu sambil berucap,

"Terima kasih, Om. Ibu saya pasti akan gembira sekali, hasil kerja kerasnya dihargai dan itu sangat berarti bagi kehidupan kami."

hikmah yang dapat di petik:

kita jangan menilai dengan siapa yang bicara,
selama itu baik dan masuk akal kenapa tidak!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar